DAMAI ITU INDAH

sebaik-baik manusia adalah yang memberikan manfaat pada yang lain

Kamis, 02 Februari 2012

ADZAB KUBUR ADALAH NIKMAT ALLAH

‘Dan Allah telah membikin perumpamaan sebuah desa (negeri) yang aman tenang datang kepadanya rizkinya dengan mudah dari segala tempat, lantas dia kafir dengan nikmat Allah, maka Allah rasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan dengan sebab apa yang mereka lakukan .( An-Nahl ayat : 112)

Ayat di atas menceritakan tentang adanya sebuah negeri yang Allah berikan kepadanya segala kenikmatan, aman tentram, tenang rizkinya melimpah, disegani oleh musuh, dihormati oleh teman, tapi mereka tidak menyikapi kenikmatan ini dengan syukur dan ibadah kepada Allah, melainkan membalas kenikmatan dengan kekufuran, lantas Allah menghukum mereka dengan berbagai macam hukuman, mereka ditimpa kelaparan paceklik, ketakutan dari serangan musuh.

Para mufassirin seperti Aisyah ra menafsirkan bahwa yang dimaksudkan ayat ini adalah Makkah dan penduduknya yang semula mereka dalam kondisi aman tentram, rizqi datang kepada mereka dengan mudah, dan ketika mereka kufur kepada Nabi Muhamad saw dan menentangnya, Allah menghukum mereka dengan paceklik bertahun tahun sehingga mereka kelaparan sampai mereka makan bangkai.

Ayat ini sebagai pelajaran bagi yang berpaling dari ayat Allah, dan kufur terhadap nikmatNya, dan mengganti kenikmatan dengan kekufuran, sehingga ditimpa kehancuran dalam berbagai sisi kehidupan, seperti yang Allah katakan : ” apakah kalian tidak perhatikan orang orang yang mengganti nikmat Allah kekafiran dan menimpakan kaum mereka, kebinasaan, yaitu jahannam yang mereka masuki dan seburuk buruk tempat menetap” QS Ibrahim ayat : 28-29.

Sunnatullah akan adanya adzab bagi yang kufur dan tidak mensyukuri nikmat Allah bisa menimpa pribadi dan masyarakat, menimpa pribadi bisa berupa kurangnya rizqi, kesempitan hidup, dipalingkan hatinya dari kebenaran, dijadikan budak hawa nafsu, atau turun padanya berbagai siksaan dunia dan akherat, adapun untuk masyarakat, dapat mengalami seperti apa yang Allah berikan peringatan dalam ayatnya : katakanlah bahwa Dia mampu mengirimkan atas kalian adzab dari atas kalian, dan dari bawah kalian, dan menjadikan bergolong golong, sebagian kalian menimpakan siksaan kepada sebagian lainnya, perhatikan bagaimana Kami mengulang ulang ayat agar mereka paham. siksaan dari atas yang bisa berarti hujan batu, petir atau hujan banjir bandang bias berupa dijadikannya para pemimpin menjadi sumber malapetaka rakyat, siksaan dari bawah yang berupa tanah lonsor, gempa, atau rakyat jadi bencana bagi pemimpin, atau segenap komponen bangsa yang seharusnya salaing mengenal, saling berta’awun malah saling menyiksa, memfitanah dan membunuh.

Demikian negeri kita Indonesia tatkala ditegakkan syari’at Islam dan aqidah Islam pada awal munculnya pemerintahan Islam di tanah air, kebaikan dan ketentraman dirakan oleh semua, kemudian tatkala meninggalkan Islam, berbagai macam siksaan dan bencana Allah telah ditimpakan terhadap bangsa Indonesia, baik siksaan fisik maupun siksaan non fisik hilangnya keberkahan hidup, orientasi kepada dunia dan syahwat, sehingga harga diri bangsa terpuruk sangat rendah. Kekayaan negeri melimpah tapi rakyat dalam kemiskinan, kekayaan jatuh ke tangan asing. Rakyat dan pemerintah saling menghujat, komponen bahasa saling bermusuhan. muncul berbagai macam penyakit mematikan yang tidak dikenal pada masa lalu.

Siksaan sering dimulai dengan istidraj (nglulu) dengan diberikan berbagai macam kesuksesan dunia, ekonomi, social, politik, jabatan, sehingga dia menyangka menguasi semua, kemudian Allah siksa dengan berbagai penyakit, atau bencana yang menghilangkan segala kenikmatan hidup secara tiba tiba, sehingga ia kebingungan, dan putus asa dari rahmat Allah swt, Allah berkata : tatkala mereka lupa apa apa yang mereka diberi peringatan dengannya, Kami bukakan baginya pintu segala sesuatu, sehingga mereka bangga dengan apa yang diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka tiba tiba sehingga mereka bingung. QS Al-An’am ayat : 44

Berapa banyak yang tiba tiba disiksa oleh Allah ketika di puncak kesuksesannya, berapa banyak orang kehilangan kebahagiaan dan ketenangaannya padahal sebab sebab materi ada di tangannya. Dan siksaan yang lebih berat manakala orang dijadikan melihat baik perbuatan buruknya, dikunci mata, hati, dan telinganya dari melihat kebenaran, mencintai kekufuran, kefasikan, dan membenci kebenaran, maka siapa lagi orang yang bisa menunjukinya kepada kebenaran, Allah berkata: apakah engkau tidak perhatikan orang yang hawa nafsunya sebagai ilaahnya, dan Allah sesatkan atas ilmu, Allah menutup pendengarannya, hatinya, dan Allah jadikan di matanya tutup, maka siapakah lagi yang dapat menunjukinya setelah Allah? QS Al Jatsiyah ayat : 24

Musibah dan bencana yang ditimpakan kepada orang yang tidak bersyukur ada dua macam, siksaan fisik, dan non fisik siksaan non fisik berupa tercerabutnya iman dalam hati, sehingga tidak merasakan kelezatan iman, dan ibadah, dan dirasukinya cinta dunia serta dijadikan budak hawa nafsu, Nabi bersabda : celaka hamba diinar, celakalah hamba perak, celaka dan tersungkur, kalau kena duri tidak dapat melepasnya(kalau mendapatkan musibah tidak bias melepaskan diri darinya). HR Bukhari

Berbicara tentang kufur nikmat, perlu dingatkan pentingnya memahami arti nikmat dan bagaimana mensyukurinya, nikmat adalah segala yang menjadikan tegaknya kehidupan lahir dan batin penuh dengan kebaikan, kenyaman, dan kebahagiaan, yang utama dari kenikmatan adalah mengenal Allah, memahami syari’ah yang diturunkan, iman kepada Allah, nikmat Al-Qur’an, kenikmatan hati, mata, telinga, sebagai sarana mendapatkan ilmu dan hidayah, kenikmatan disempurnakan Islam, dan jadikan mudah parktis, dapat dilaksanakan kapan dan dimana saja, maka mensyukurinya dengan iman kepada Allah, selalu ibadah kepadaNya tunduk dan patuh dengan segala perintah dan laranganNya. Menjadikan Islam sebagai aturan hidup pribadi, masyarakat maupun Negara, maka dari sini diketahui kekufuran bangsa Indonesia terhadap nikmat Allah, dengan menolak beribadah kepada Allah, menolak syari’at Islam, tidak menjadikan Islam dasar membangun akhlaq, menjadikan isme isme buatan manusia, kapitalisme, sosialisme, sebagai filosofi mengelola Negara, menjadikan budaya barat sebagai budaya pergaulan, bahkan lebih dahsyat lagi pemerintah lebih cenderung kapada kaum liberlisme dan sekularisme yang menghina Islam, mengobok obok kesuciannya. Apa jadinya bangsa Indonesia bergelimang dalam kenikmatan kalau tidak beriman dan bersyukur kepada Allah, apa gunanya kemajuan tekhnologi kalau tidak memahami tujuan hidup, apa gunanya kepandaian dan kekuasaan kalau hanya untuk dapat korupsi besar besaran, memiliki senjata bukan untuk melindungi rakyat dan membela kebenaran tapi untuk menyiksa dan membunuh saudaranya dan rakyat sendiri, dimana keberkahan dan kebehagiaan negeri ini yang telah meninggalkan hidayah Allah, padahal Allah telah berkata kepada Adam sebelum melepaskan ke bumi ” dan nati akan datang kepadamu petunjuk dariku. Dan siap yang mengikuti petunjukku tidak akan takut dan tidak sedih, dan siapa yang kafir dan mendustakan ayat ayat Kami mereka penghuni neraka, kekal di dalamnya.

Sabtu, 07 Januari 2012

MENDIDIK ANAK DENGAN CINTA YANG TULUS

Allah berfirman :

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Rabbnya dengan beberapa kalimat (perintah), lalu Ibrahim menunaikannya dengn sempurna. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim”.

Nabi Ibrahim adalah seorang Nabi dan Bapak yang idealis, cukuplah bukti idealisnya bahwa putra-putra beliau semuanya menjadi Nabi dan seluruh Nabi dan Rasul yang datang setelahnya semua dari keturunan beliau. Inilah arti sejati dari cinta orang tua kepada anak, cinta yang melahirkan kerinduan orang tua agar anaknya mendapatkan posisi iman yang paling tinggi, tergambarkan dalam ayat di atas. Allah telah menguji Nabi Ibrahim dengan berbagai perintah dan berhasil melaksanakan perintah secara sempurna. Dengan keberhasilannya menunaikan ujian, Allah menjadikan beliau sebagai imam untuk seluruh manusia, ini menunjukkan bahwa perintah, larangan, segala cobaan hendaklah dihadapi dengan baik, perintah dijalankan, semua larangan ditinggalkan, cobaan dihadapi dengan sabar. Keindahan cerita ini terletak pada permohonan Nabi Ibrahim agar imamah (kepemimpinan) itu juga diberikan kepada keturunan beliau dan Allah juga mengabulkan permintaan beliau. Adapun firman Allah: “Sesungguhnya janjiku bukan untuk orang dhalim adalah pengecualian dari pengabulan doa yakni imamah untuk keturunan beliau, kecuali orang dhalim di antara mereka tidak akan menjadi imam dan semua keturunan beliau yang shaleh dijadikan oleh Allah sebagai imam.”

Beliau sangat mencintai anak anaknya, sangat dekat dengan mereka, beliau selalu melantunkan doa untuk anak anaknya agar mereka dibimbing oleh Allah dengan tauhid, cinta shalat, agar Allah melimpahkan rizqi atas mereka, agar Allah menjadikan hati manusia condong kepada mereka, Allah menceritakan hal itu dengan firmanNya dalam QS. Ibrahim ayat 35-37 :

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آَمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ (35) رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (36) رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ (37)

35. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri Ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah Aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.

36. Ya Tuhanku, Sesungguhnya berhala-berhala itu Telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, Maka barangsiapa yang mengikutiku, Maka Sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, Maka Sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

37. Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.

Nabi Ibrahim sangat dekat dengan anaknya maka beliau berhasil melahirkan masuliyyah taat dan ibadah pada jiwa anaknya sejak kecil. Nabi Isma’il rela untuk disembelih bahkan memanggil bapaknya dengan panggilan mesra agar bapaknya melaksanakan perintah Allah dalam menyembelih dirinya, ketika menginjak dewasa beliau dengan putranya membangun Ka’bah yang akhirnya beliau dan putranya menjadi kenangan manis sepanjang masa.

Mendidik dengan cinta kasih sayang juga menjadi sunnah Nabi Muhammad saw. Kedekatan beliau dengan putra putri beliau, cucu-cucu beliau luar biasa. Fatimah, setiap kali ketemu dengan beliau dipeluknya dengan kasih sayang, sehingga begitu cintanya Fatimah kepada baginda Nabi sampai Fatimah menangis karena dibisiki bahwa Nabi akan meninggal, kemudian tertawa karena dibisiki bahwa beliau wanita yang pertama menyusul baginda Nabi.

Nabi menunjukkan cintanya kepada cucunya dengan menciumi mereka, bahkan beliau dijadikan Hasan dan Husain tunggangan sebagai kuda-kudaan. Sahabat mengatakan, sebaik-baik kendaraan adalah kendaraan kalian berdua dan Nabipun menyahuti sebaik-baik penunggang kuda adalah kalian berdua. Beliau pernah shalat dengan menggendong cucu beliau Usamah, setiap kali berdiri beliau angkat dan ketika sujud baru ditaruh.

Beliau duduk makan bersama dengan anak istri beliau, Umar bin Abu Salamah, dan ketika Umar tangannya meraba-raba makanan ke sana ke mari, nabi menegurnya dengan mengatakan, wahai anak bacalah basmallah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah yang didekatmu.

Mendidik dengan cinta yang terefleksikan dalam ketulusan hati untuk selalu memberikan yang terbaik kepada anak, kelembutan dalam kata, dalam memanggil, dalam berdialog, tulus dalam mendoakan mereka merupakan sebuah hikmah, dalam hadits dikatakan “Allah itu lembut dan suka kelembutan, dan memberikan dalam kelembutan apa yang tidak diberikan kepada selainnya, kelembutan itu ada dalam sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali membikinnya buruk.”

(HR Abdurrazzak Shan’ani, Ibnu Abi Syaibah).

Mendidik dengan cinta menjadikan anak merasa dicintai dan merasa bahwa tidaklah orang tua memerintahkan kecuali untuk kebaikan dia semata, dan tidak melarang dari sesuatu kecuali yang dilarang adalah sesuatu yang tidak baik untuknya, dan ketika demikian maka ia akan taat pada aturan, menjalankan perintah dan meninggalkan larangan dengan senang.

Ketika dididik dengan cinta anak merasa disayang, dicinta, dihargai maka ia akan mencintai, menyayangi dan menghargai orang lain. Terakhir kali bagaimana Luqman Al-Hakim dikatakan hakim orang yang sangat bijak karena berhasil menemukan hal yang baik, dan menghadiahkan yang baik dengan bingkai yang baik pula, memberikan nasehat sebagai tanda kasih sayang dengan nada yang penuh kasih sayang pula. Inilah nesehat yang penuh kelembutan “Dan Sesungguhnya telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

(Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.

Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

Terahir yang perlu dicatat bahwa mendidik dengan cinta dan kelembutan bukan berarti tidak tegas ketika ada kemaksiatan, bukan berarti mengorbankan prinsip. Kelembutan harus disertai ketegasan dalam prinsip, karena kelembutan harus dibingkai kebenaran. Rasulullah memberitakan bahwa dayyuts (orang yang tidak memiliki kecemburuan, dan diam terhadap keluarga) tidak masuk sorga. (HR Abdurrazzaq Shan’any 20437. Abu Dawud Thayaalitsi no 642,). Sungguh Rasulullah sangat lembut tapi beliau mengatakan : “Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tanganNya, kalau Fatimah putri Muhammad mencuri sungguh saya potong tangannya.” (HR Nasai no 7385, Ibnu Hibban 4479). Rasulullah tidak pernah marah untuk dirinya, tapi jika kehormatan Allah dilanggar beliau tidak duduk kecuali setelah hukum ditegakkan. Walalhu a’lam .

MENDIDIK ANAK DENGAN CINTA YANG TULUS

Allah berfirman :

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Rabbnya dengan beberapa kalimat (perintah), lalu Ibrahim menunaikannya dengn sempurna. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim”.

Nabi Ibrahim adalah seorang Nabi dan Bapak yang idealis, cukuplah bukti idealisnya bahwa putra-putra beliau semuanya menjadi Nabi dan seluruh Nabi dan Rasul yang datang setelahnya semua dari keturunan beliau. Inilah arti sejati dari cinta orang tua kepada anak, cinta yang melahirkan kerinduan orang tua agar anaknya mendapatkan posisi iman yang paling tinggi, tergambarkan dalam ayat di atas. Allah telah menguji Nabi Ibrahim dengan berbagai perintah dan berhasil melaksanakan perintah secara sempurna. Dengan keberhasilannya menunaikan ujian, Allah menjadikan beliau sebagai imam untuk seluruh manusia, ini menunjukkan bahwa perintah, larangan, segala cobaan hendaklah dihadapi dengan baik, perintah dijalankan, semua larangan ditinggalkan, cobaan dihadapi dengan sabar. Keindahan cerita ini terletak pada permohonan Nabi Ibrahim agar imamah (kepemimpinan) itu juga diberikan kepada keturunan beliau dan Allah juga mengabulkan permintaan beliau. Adapun firman Allah: “Sesungguhnya janjiku bukan untuk orang dhalim adalah pengecualian dari pengabulan doa yakni imamah untuk keturunan beliau, kecuali orang dhalim di antara mereka tidak akan menjadi imam dan semua keturunan beliau yang shaleh dijadikan oleh Allah sebagai imam.”

Beliau sangat mencintai anak anaknya, sangat dekat dengan mereka, beliau selalu melantunkan doa untuk anak anaknya agar mereka dibimbing oleh Allah dengan tauhid, cinta shalat, agar Allah melimpahkan rizqi atas mereka, agar Allah menjadikan hati manusia condong kepada mereka, Allah menceritakan hal itu dengan firmanNya dalam QS. Ibrahim ayat 35-37 :

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آَمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ (35) رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (36) رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ (37)

35. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri Ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah Aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.

36. Ya Tuhanku, Sesungguhnya berhala-berhala itu Telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, Maka barangsiapa yang mengikutiku, Maka Sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, Maka Sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

37. Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.

Nabi Ibrahim sangat dekat dengan anaknya maka beliau berhasil melahirkan masuliyyah taat dan ibadah pada jiwa anaknya sejak kecil. Nabi Isma’il rela untuk disembelih bahkan memanggil bapaknya dengan panggilan mesra agar bapaknya melaksanakan perintah Allah dalam menyembelih dirinya, ketika menginjak dewasa beliau dengan putranya membangun Ka’bah yang akhirnya beliau dan putranya menjadi kenangan manis sepanjang masa.

Mendidik dengan cinta kasih sayang juga menjadi sunnah Nabi Muhammad saw. Kedekatan beliau dengan putra putri beliau, cucu-cucu beliau luar biasa. Fatimah, setiap kali ketemu dengan beliau dipeluknya dengan kasih sayang, sehingga begitu cintanya Fatimah kepada baginda Nabi sampai Fatimah menangis karena dibisiki bahwa Nabi akan meninggal, kemudian tertawa karena dibisiki bahwa beliau wanita yang pertama menyusul baginda Nabi.

Nabi menunjukkan cintanya kepada cucunya dengan menciumi mereka, bahkan beliau dijadikan Hasan dan Husain tunggangan sebagai kuda-kudaan. Sahabat mengatakan, sebaik-baik kendaraan adalah kendaraan kalian berdua dan Nabipun menyahuti sebaik-baik penunggang kuda adalah kalian berdua. Beliau pernah shalat dengan menggendong cucu beliau Usamah, setiap kali berdiri beliau angkat dan ketika sujud baru ditaruh.

Beliau duduk makan bersama dengan anak istri beliau, Umar bin Abu Salamah, dan ketika Umar tangannya meraba-raba makanan ke sana ke mari, nabi menegurnya dengan mengatakan, wahai anak bacalah basmallah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah yang didekatmu.

Mendidik dengan cinta yang terefleksikan dalam ketulusan hati untuk selalu memberikan yang terbaik kepada anak, kelembutan dalam kata, dalam memanggil, dalam berdialog, tulus dalam mendoakan mereka merupakan sebuah hikmah, dalam hadits dikatakan “Allah itu lembut dan suka kelembutan, dan memberikan dalam kelembutan apa yang tidak diberikan kepada selainnya, kelembutan itu ada dalam sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali membikinnya buruk.”

(HR Abdurrazzak Shan’ani, Ibnu Abi Syaibah).

Mendidik dengan cinta menjadikan anak merasa dicintai dan merasa bahwa tidaklah orang tua memerintahkan kecuali untuk kebaikan dia semata, dan tidak melarang dari sesuatu kecuali yang dilarang adalah sesuatu yang tidak baik untuknya, dan ketika demikian maka ia akan taat pada aturan, menjalankan perintah dan meninggalkan larangan dengan senang.

Ketika dididik dengan cinta anak merasa disayang, dicinta, dihargai maka ia akan mencintai, menyayangi dan menghargai orang lain. Terakhir kali bagaimana Luqman Al-Hakim dikatakan hakim orang yang sangat bijak karena berhasil menemukan hal yang baik, dan menghadiahkan yang baik dengan bingkai yang baik pula, memberikan nasehat sebagai tanda kasih sayang dengan nada yang penuh kasih sayang pula. Inilah nesehat yang penuh kelembutan “Dan Sesungguhnya telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

(Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.

Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

Terahir yang perlu dicatat bahwa mendidik dengan cinta dan kelembutan bukan berarti tidak tegas ketika ada kemaksiatan, bukan berarti mengorbankan prinsip. Kelembutan harus disertai ketegasan dalam prinsip, karena kelembutan harus dibingkai kebenaran. Rasulullah memberitakan bahwa dayyuts (orang yang tidak memiliki kecemburuan, dan diam terhadap keluarga) tidak masuk sorga. (HR Abdurrazzaq Shan’any 20437. Abu Dawud Thayaalitsi no 642,). Sungguh Rasulullah sangat lembut tapi beliau mengatakan : “Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tanganNya, kalau Fatimah putri Muhammad mencuri sungguh saya potong tangannya.” (HR Nasai no 7385, Ibnu Hibban 4479). Rasulullah tidak pernah marah untuk dirinya, tapi jika kehormatan Allah dilanggar beliau tidak duduk kecuali setelah hukum ditegakkan. Walalhu a’lam .

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India